Disebuah café berdesain
klasik dan minimalis. Sepasang muda-mudi yang terlihat saling diam sedang sibuk
dengan dunia mereka sendiri. Ketika kalian melihat mereka berdua. Kalian pasti
berpikir bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Mungkin
akan aku beritahu sedikit fakta tentang sepasang muda-mudi tersebut.
Fakta pertama, mereka
berada di café ini bukan untuk nge-date atau semacamnya yang ada sangkut
paut-nya dengan sepasang kekasih. Fakta kedua, mereka berdua bersaudara. Memang
tidak banyak yang menyangka bahwa mereka ini bersaudara. Karena terlihat lebih
cocok sebagai sepasang kekasih. Si yeoja yang mengikat rambutnya kesamping,
berkulit halus, pipi sedikit chubby, pipi merona itu bernama Byun Jaehyun. Dia
adalah mahasiswi disebuah universitas seni di Seoul. Baru saja masuk semester
2. Dan si namja bermata sempit, berwajah cukup tirus, kulit yang tak kalah
mulus, bibir merona, bernama Byun Baekhyun. Dia juga seorang mahasiswa yang
satu tempat kuliah dengan si yeoja. Tapi, dia sudah semester 7. Dan punya butik
sendiri. Bahkan 3 bulan kedepan dia akan meluncurkan nama prodak-nya sendiri.
Agar kalian tidak bingung dengan apa yang aku beritahu tentang fakta ini.
Baekhyun adalah kakak dari Jaehyun. Mereka terpaut 2 setengah tahun. Kalau
disejajar kan mereka terlihat seumuran karena kadar wajah Baekhyun yang
terlihat sangat imut dan manis.
Si namja mulai
merenggangkan beberapa otot tubuhnya kerena terlalu lama terdiam dalam sunyi di
café yang memang sekarang sedang sepi dan meminum kopi latte yang ia pesan
tadi. Si yeoja melirik kakak-nya dengan tangan masih terlipat didepan dadanya.
“Jadi…kau sudah putus
dengannya?”, si yeoja atau Jaehyun memulai pembicaraan.
“Hm?”, jawab Baekhyun
singkat yang kelihatannya tidak ada niatan merespon pertanyaan sang adik.
“Jangan hanya ‘Hm’
saja. Jawab aku selagi kau bisa bicara. Apa dia meracunimu sampai kau bisu
seperti itu, huh?”, Jaehyun mulai terlihat agak kesal dengan sikap kakak-nya
yang hanya meresponnya dengan sangat singkat. Seperti helaan nafas yang tidak
ada artinya.
“Dia tidak meracuniku,
Jae”, akhirnya Baekhyun mulai mengelak tuduhan sang adik.
“Lalu, kenapa kau bisa
sampai kebablasan?. Kau pikir aku tidak tau apa yang kau lakukan dengannya di
hotel itu”
“Kau mengikutiku?”
“Aniyo. Aku hanya dapat
info dari seorang teman yang bekerja disana. Dia bilang kau datang dengannya
dalam keadaan cukup mabuk. Lalu, kalian memesan kamar dan entahlah apa yang
selanjutnya terjadi. Tapi, aku yakin dia sudah berhasil merebut milikmu dan
sekaligus meracunimu agar kau bisa melepasnya”, jelas Jaehyun panjang lebar.
“Jangan menuduhnya
seperti itu”, ucap Baekhyun lirih.
“Aku tidak menuduhnya
tapi aku bicara tentang fakta, Baek. Aish kenapa sih kau tidak pernah mau jujur
padaku?. Aku ini adikmu harusnya kau terbuka padaku”
“Pelankan suaramu”
“Katakan yang
sebenarnya terjadi, Byun Baekhyun. Atau aku tidak akan pernah ada disampingmu
lagi”
“Jangan bercanda,
Jaehyun-ah”
“Aku serius. Aku hanya
heran dengan keadaanmu pagi ini. Berjalan pincang, mata sembab, bibir bengkak,
tidak pulang, dan anehnya kau sudah putus dengannya. Padahal kemarin kalian
terlihat sangat mesra. Apa yang sebenarnya terjadi, Baek?”
Baekhyun terdiam
sejenak. Ia menutup kedua matanya. Mencoba mengingat kembali kejadian tadi
malam yang benar-benar menghancurkan masa depannya dengan sang mantan kekasih.
Baekhyun membawa tangannya kedadanya. Menahan sesak yang ia tahan yang mungkin
sebentar lagi akan menjadi cairan bening. Alisnya mulai berkerut. Berusaha
menahan cairan itu keluar setelah ia menceritakan semuanya kepada sang adik.
“Dia akan menikah”,
suara Baekhyun sedikit bergetar.
Jaehyun membelalakkan
matanya tak percaya, “H…Hah?”
Baekhyun membuka kedua
matanya perlahan.
“Orang tuanya sudah
memilihkan calon untuknya. Dan….minggu depan resepsinya akan digelar di
Shanghai. Untuk itulah aku memberikan milikku padanya. Kupikir ia tak
mencintaiku tapi ia menjelaskan semuanya bahwa ini bukan kemauannya. Ini adalah
bentuk rasa hormatnya kepada orang tuanya. Dia tidak biasa membantah. Rasanya
sangat tidak nyaman jika ia tidak menjalankan perintah orang tuanya. Aku
mengerti dirinya. Ia sama sepertiku. Tidak ingin mengecewakan mereka yang sudah
membesarkan kita. Tapi, itu tidak adil. Hiks……”, dan kahirnya pertahanan
Baekhyun pun runtuh. Ia menangis. Air matanya mengalir dengan geras melewati
pipi mulusnya.
“B…Baek…”
“Aku memang egois jika
melarangnya pergi dariku. Tapi, ini demi dia dan cintaku padanya. Aku rela
melepasnya walaupun sangat sakit. Dan……hiks…..demi kebahagiaannya pun…..aku
rela, Jae. Jadi kumohon, jangan menuduhnya. Dia bukan manusia kejam seperti
yang kau pikirkan. Dari luar dia memang terlihat seperti penjahat tapi dari
dalam dia berhati lembut dan terlebih dia sangat mencintaiku.
Kumohon……hiks…..hiks….jangan menuduhnya seperti itu……hiks……”, tangisan Baekhyun
mulai pecah. Jaehyun terus berusaha menenangkan sang kakak.
“Uljima, Baek. Uljima
ne. Aku minta maaf karena telah menuduh Kris. A-aku tidak tau apa-apa
tentangnya. Makanya aku bisa berpikir seperti itu. Maafkan aku, Baek.
Eng…..ah….lebih baik kita pulang saja, ne?. Tidak enak dilihat orang”
Dibalas anggukan oleh
Baekhyun. Jaeyun memberikan tisyu pada Baekhyun untuk menghapus air matanya.
--------------------------------------------------
Kami sudah setengah
perjalan menuju rumah. Baekhyun sudah sedikit tenang dan ia tertidur. Aku
benar-benar tidak menyangka dengan apa yang terjadi pada kakakku ini. Yah
walaupun sebenarnya aku sering tidak menyangka. Dulu saat aku pertama kali
mengetahui kelainan pada Baekhyun. Aku benar-benar ingin segera membunuhnya
karena sudah mengecewakan orang tua kami. Baekhyun mengalami kelainan pada
orientasi seksualnya. Ia menyukai sesame jenis. Atau dia menyukai sesame namja.
Katakan saja ‘Gay’.
Ia sudah mengalami hal
itu sejak berumur 13 tahun. Tapi, baru ketahuan setelah ia beranjak ke SMU.
Pacar pertamanya adalah namja yang baru saja ia ceritakan di café. Namanya Wu
Yi Fan atau Baekhyun biasa memanggilnya Kris. Namja itu sangat tinggi. Dia
adalah ketua club basket di SMU Baekhyun. Entah bagaimana ceritanya mereka pun
mulai menjalin hubungan secara diam-diam.
Flashback
Aku mengetahui kelainan
pada Baekhyun ketika aku memergokinya berciuman panas dengan Kris dikamar. Aku
sangat shock sampai memukul Kris dengan stik Baseball. Aku pikir Kris adalah
om-om mesum yang menerobos masuk dan berusaha memperkosa Baekhyun. Ternyata
setelah Baekhyun menjelaskan semuanya sambil mengobati punggung Kris yang
membiru, Kris adalah kekasihnya. Baekhyun terus meminta maaf padaku karna telah
membuat aku kecewa. Bahkan Kris juga meminta maaf karna mencium kakak-ku.
Disaat itu aku hanya terdiam ditempat tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Aku
benar-benar shock dengan apa yang kulihat dan yang ada didepanku.
“Aku ingin membunuhmu,
Baek”
Itulah kata-kata
terakhir setelah aku keluar dari kamar Baekhyun dan masuk kekamar. Aku melempar
tas-ku dan membuka jaketku asal. Kududukkan diriku dikursi meja belajar.
Menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku benar-benar shock dengan yang
terjadi pada Baekhyun. Kenapa ia bisa menjadi seperti itu? Apa yang salah
dengannya?. Ku sembunyikan wajahku diantara lenganku. Aku mulai terisak. Aku
terlalu shock dan terlalu terkejut melihat semua ini. Keluargaku yang sudah
hancur berantakan ditambah Baekhyun yang seperti itu. Sebenarnya Tuhan
menginginkan apa?. Ini terlalu berat, Tuhan. Aku tidak sanggup.
Selama beberapa hari
aku dan Baekhyun tidak saling berbicara. Aku masih belum bisa melupakan
kejadian beberapa hari yang lalu.
Hingga pada suatu hari
appa pulang kerumah dan menyuruh aku dan Baekhyun duduk bersama diruang tamu.
Kulihat wajah appa terlihat tenang seperti biasa, tapi ada aura yang berbeda
darinya. Entahlah, aku juga tidak tau.
“Jaehyun, appa ingin
kau berkata dengan jujur padaku”, ujar appa.
“Ne, appa”, aku
mengira-ngira apa yang akan appa tanyakan padaku.
“Kau ingatkan bahwa
appa menaruh kamera CCTV dirumah ini”, mataku sedikit membulat. Shit!. Aku lupa
dengan yang satu itu. Aku melirik kearah appa dan Baekhyun.
“Ne, aku ingat appa”,
jawabku dengan setenang mungkin.
“Bisa kau jelaskan apa
yang terjadi disana?”, appa menyalakan televisi yang ada disamping Baekhyun.
Dalam video itu
memperlihatkan Baekhyun dengan namja itu berpelukan mesra. Saling mengelus satu
sama lain. Aku bisa melihat wajah Baekhyun yang terlihat sangat bahagia. Oh
god!. Aku sedikit merasa mual. Mereka saling menatap satu sama lain. Namja itu
mengelus rambut dan pipi Baekhyun dengan sangat pelan. Hingga mereka mendekat
dan akhirnya berciuman. Aku segera memalingkan pandanganku dan menutup kedua
mataku. Karena aku sudah tau apa yang selanjutnya akan terjadi. Aku mendengar
sedikit suara desahan-desahan di video itu. Dan lama-kelamaan suara itu semakin
keras. Sepertinya appa membesarkan volume-nya. Selanjutnya, aku mendengar suara
pukulan yang sangat keras dan suara rintihan. Itu aku yang memukul namja yang
berciuman dengan Baekhyun.
“Cukup appa!. Matikan
video-nya!”, teriak Baekhyun.
“Diam kau Byun
Baekhyun!. Aku menyuruh adik mu berbicara, bukan kau!”
Kurasa aku akan muntah
sekarang. Aku berlari menuju kamar mandi dan benar saja aku memuntahkan makanan
yang tadi siang aku makan. Aku merasa sangat mual melihat adegan mesra Baekhyun
dengan namja itu. Aku merasa sangat jijik. Kepalaku menjadi sedikit pusing.
Setelah membasuh mulutku. Aku segera kembali ke ruang tamu.
Aku melirik kearah appa
lalu Baekhyun. Kulihat Baekhyun menundukkan kepalanya. Telinganya memerah,
sepertinya ia marah.
“Jae, jelaskan pada
appa. Apa yang terjadi beberapa hari yang lalu?”, appa menatapku tajam. Aku
sedikit terkejut dengan tatapan itu.
Dengan setenang mungkin
aku menceritakan semuanya. Selama aku berbicara, mataku tak pernah bisa lepas
dari Baekhyun. Aku khawatir dengan apa yang aku katakana akan melukai hatinya
dan merusak tali persaudaraan kami. Tapi, aku tidak bisa berbohong pada appa.
Appa kembali bersandar
pada sandaran sofa. Kembali aku menatap Baekhyun lirih. Aku khawatir padanya.
“Baek, apa yang terjadi
padamu?. Kenapa kau bisa seperti ini?. Oh Tuhan, apa salahku?”
Appa terlihat sangat
kecewa sampai menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa disaat seperti ini umma tidak
ada?. Aku membutuhkanmu umma. Untuk menenangkan situasi seperti ini.
“Aku salah, appa. Aku
salah karena sudah melakukan hal diluar batas itu. Sejak umurku 13 tahun aku
memang sudah mengalaminya. Aku…….sangat
senang berada dekat dengan teman-teman namjaku. Aku senang saat mereka
memanggilku ‘yeobo’. Dan aku sangat senang saat mereka menyentuh tanganku dan
menggenggamnya. Padahal mereka hanya memegang saja. Aku juga sempat berpikir.
Apa yang salah padaku?. Teman-teman namjaku, mereka menyukai para yeoja cantik
disekolah. Tapi aku?. Aku malah merasa jijik melihat yeoja-yeoja itu. Aku malah
lebih suka melihat namja tampan. Ma-Maafkan aku, appa. Aku sudah membuatmu
kecewa. Tapi, inilah aku. Baekhyun yang menyukai namja. Bahkan sekarang aku
sudah punya kekasih yang sangat tampan. Namanya Kris. Dia ketua club basket di
sekolah, appa. Dan aku ingin kau-“
PLAK!
To be continued.....