Menu

Sabtu, 05 Oktober 2013

1/2


Disebuah café berdesain klasik dan minimalis. Sepasang muda-mudi yang terlihat saling diam sedang sibuk dengan dunia mereka sendiri. Ketika kalian melihat mereka berdua. Kalian pasti berpikir bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Mungkin akan aku beritahu sedikit fakta tentang sepasang muda-mudi tersebut.

Fakta pertama, mereka berada di café ini bukan untuk nge-date atau semacamnya yang ada sangkut paut-nya dengan sepasang kekasih. Fakta kedua, mereka berdua bersaudara. Memang tidak banyak yang menyangka bahwa mereka ini bersaudara. Karena terlihat lebih cocok sebagai sepasang kekasih. Si yeoja yang mengikat rambutnya kesamping, berkulit halus, pipi sedikit chubby, pipi merona itu bernama Byun Jaehyun. Dia adalah mahasiswi disebuah universitas seni di Seoul. Baru saja masuk semester 2. Dan si namja bermata sempit, berwajah cukup tirus, kulit yang tak kalah mulus, bibir merona, bernama Byun Baekhyun. Dia juga seorang mahasiswa yang satu tempat kuliah dengan si yeoja. Tapi, dia sudah semester 7. Dan punya butik sendiri. Bahkan 3 bulan kedepan dia akan meluncurkan nama prodak-nya sendiri. Agar kalian tidak bingung dengan apa yang aku beritahu tentang fakta ini. Baekhyun adalah kakak dari Jaehyun. Mereka terpaut 2 setengah tahun. Kalau disejajar kan mereka terlihat seumuran karena kadar wajah Baekhyun yang terlihat sangat imut dan manis. 

Si namja mulai merenggangkan beberapa otot tubuhnya kerena terlalu lama terdiam dalam sunyi di café yang memang sekarang sedang sepi dan meminum kopi latte yang ia pesan tadi. Si yeoja melirik kakak-nya dengan tangan masih terlipat didepan dadanya.

“Jadi…kau sudah putus dengannya?”, si yeoja atau Jaehyun memulai pembicaraan.

“Hm?”, jawab Baekhyun singkat yang kelihatannya tidak ada niatan merespon pertanyaan sang adik.

“Jangan hanya ‘Hm’ saja. Jawab aku selagi kau bisa bicara. Apa dia meracunimu sampai kau bisu seperti itu, huh?”, Jaehyun mulai terlihat agak kesal dengan sikap kakak-nya yang hanya meresponnya dengan sangat singkat. Seperti helaan nafas yang tidak ada artinya.

“Dia tidak meracuniku, Jae”, akhirnya Baekhyun mulai mengelak tuduhan sang adik.

“Lalu, kenapa kau bisa sampai kebablasan?. Kau pikir aku tidak tau apa yang kau lakukan dengannya di hotel itu”

“Kau mengikutiku?”

“Aniyo. Aku hanya dapat info dari seorang teman yang bekerja disana. Dia bilang kau datang dengannya dalam keadaan cukup mabuk. Lalu, kalian memesan kamar dan entahlah apa yang selanjutnya terjadi. Tapi, aku yakin dia sudah berhasil merebut milikmu dan sekaligus meracunimu agar kau bisa melepasnya”, jelas Jaehyun panjang lebar.

“Jangan menuduhnya seperti itu”, ucap Baekhyun lirih.

“Aku tidak menuduhnya tapi aku bicara tentang fakta, Baek. Aish kenapa sih kau tidak pernah mau jujur padaku?. Aku ini adikmu harusnya kau terbuka padaku”

“Pelankan suaramu”

“Katakan yang sebenarnya terjadi, Byun Baekhyun. Atau aku tidak akan pernah ada disampingmu lagi”
“Jangan bercanda, Jaehyun-ah”

“Aku serius. Aku hanya heran dengan keadaanmu pagi ini. Berjalan pincang, mata sembab, bibir bengkak, tidak pulang, dan anehnya kau sudah putus dengannya. Padahal kemarin kalian terlihat sangat mesra. Apa yang sebenarnya terjadi, Baek?”

Baekhyun terdiam sejenak. Ia menutup kedua matanya. Mencoba mengingat kembali kejadian tadi malam yang benar-benar menghancurkan masa depannya dengan sang mantan kekasih. Baekhyun membawa tangannya kedadanya. Menahan sesak yang ia tahan yang mungkin sebentar lagi akan menjadi cairan bening. Alisnya mulai berkerut. Berusaha menahan cairan itu keluar setelah ia menceritakan semuanya kepada sang adik.
“Dia akan menikah”, suara Baekhyun sedikit bergetar.

Jaehyun membelalakkan matanya tak percaya, “H…Hah?”

Baekhyun membuka kedua matanya perlahan.

“Orang tuanya sudah memilihkan calon untuknya. Dan….minggu depan resepsinya akan digelar di Shanghai. Untuk itulah aku memberikan milikku padanya. Kupikir ia tak mencintaiku tapi ia menjelaskan semuanya bahwa ini bukan kemauannya. Ini adalah bentuk rasa hormatnya kepada orang tuanya. Dia tidak biasa membantah. Rasanya sangat tidak nyaman jika ia tidak menjalankan perintah orang tuanya. Aku mengerti dirinya. Ia sama sepertiku. Tidak ingin mengecewakan mereka yang sudah membesarkan kita. Tapi, itu tidak adil. Hiks……”, dan kahirnya pertahanan Baekhyun pun runtuh. Ia menangis. Air matanya mengalir dengan geras melewati pipi mulusnya.

“B…Baek…”

“Aku memang egois jika melarangnya pergi dariku. Tapi, ini demi dia dan cintaku padanya. Aku rela melepasnya walaupun sangat sakit. Dan……hiks…..demi kebahagiaannya pun…..aku rela, Jae. Jadi kumohon, jangan menuduhnya. Dia bukan manusia kejam seperti yang kau pikirkan. Dari luar dia memang terlihat seperti penjahat tapi dari dalam dia berhati lembut dan terlebih dia sangat mencintaiku. Kumohon……hiks…..hiks….jangan menuduhnya seperti itu……hiks……”, tangisan Baekhyun mulai pecah. Jaehyun terus berusaha menenangkan sang kakak.

“Uljima, Baek. Uljima ne. Aku minta maaf karena telah menuduh Kris. A-aku tidak tau apa-apa tentangnya. Makanya aku bisa berpikir seperti itu. Maafkan aku, Baek. Eng…..ah….lebih baik kita pulang saja, ne?. Tidak enak dilihat orang”

Dibalas anggukan oleh Baekhyun. Jaeyun memberikan tisyu pada Baekhyun untuk menghapus air matanya.

--------------------------------------------------

Kami sudah setengah perjalan menuju rumah. Baekhyun sudah sedikit tenang dan ia tertidur. Aku benar-benar tidak menyangka dengan apa yang terjadi pada kakakku ini. Yah walaupun sebenarnya aku sering tidak menyangka. Dulu saat aku pertama kali mengetahui kelainan pada Baekhyun. Aku benar-benar ingin segera membunuhnya karena sudah mengecewakan orang tua kami. Baekhyun mengalami kelainan pada orientasi seksualnya. Ia menyukai sesame jenis. Atau dia menyukai sesame namja. Katakan saja ‘Gay’. 

Ia sudah mengalami hal itu sejak berumur 13 tahun. Tapi, baru ketahuan setelah ia beranjak ke SMU. Pacar pertamanya adalah namja yang baru saja ia ceritakan di café. Namanya Wu Yi Fan atau Baekhyun biasa memanggilnya Kris. Namja itu sangat tinggi. Dia adalah ketua club basket di SMU Baekhyun. Entah bagaimana ceritanya mereka pun mulai menjalin hubungan secara diam-diam. 

Flashback

Aku mengetahui kelainan pada Baekhyun ketika aku memergokinya berciuman panas dengan Kris dikamar. Aku sangat shock sampai memukul Kris dengan stik Baseball. Aku pikir Kris adalah om-om mesum yang menerobos masuk dan berusaha memperkosa Baekhyun. Ternyata setelah Baekhyun menjelaskan semuanya sambil mengobati punggung Kris yang membiru, Kris adalah kekasihnya. Baekhyun terus meminta maaf padaku karna telah membuat aku kecewa. Bahkan Kris juga meminta maaf karna mencium kakak-ku. Disaat itu aku hanya terdiam ditempat tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Aku benar-benar shock dengan apa yang kulihat dan yang ada didepanku.

“Aku ingin membunuhmu, Baek”

Itulah kata-kata terakhir setelah aku keluar dari kamar Baekhyun dan masuk kekamar. Aku melempar tas-ku dan membuka jaketku asal. Kududukkan diriku dikursi meja belajar. Menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku benar-benar shock dengan yang terjadi pada Baekhyun. Kenapa ia bisa menjadi seperti itu? Apa yang salah dengannya?. Ku sembunyikan wajahku diantara lenganku. Aku mulai terisak. Aku terlalu shock dan terlalu terkejut melihat semua ini. Keluargaku yang sudah hancur berantakan ditambah Baekhyun yang seperti itu. Sebenarnya Tuhan menginginkan apa?. Ini terlalu berat, Tuhan. Aku tidak sanggup.

Selama beberapa hari aku dan Baekhyun tidak saling berbicara. Aku masih belum bisa melupakan kejadian beberapa hari yang lalu. 

Hingga pada suatu hari appa pulang kerumah dan menyuruh aku dan Baekhyun duduk bersama diruang tamu. Kulihat wajah appa terlihat tenang seperti biasa, tapi ada aura yang berbeda darinya. Entahlah, aku juga tidak tau.

“Jaehyun, appa ingin kau berkata dengan jujur padaku”, ujar appa.

“Ne, appa”, aku mengira-ngira apa yang akan appa tanyakan padaku.

“Kau ingatkan bahwa appa menaruh kamera CCTV dirumah ini”, mataku sedikit membulat. Shit!. Aku lupa dengan yang satu itu. Aku melirik kearah appa dan Baekhyun.

“Ne, aku ingat appa”, jawabku dengan setenang mungkin.

“Bisa kau jelaskan apa yang terjadi disana?”, appa menyalakan televisi yang ada disamping Baekhyun.

Dalam video itu memperlihatkan Baekhyun dengan namja itu berpelukan mesra. Saling mengelus satu sama lain. Aku bisa melihat wajah Baekhyun yang terlihat sangat bahagia. Oh god!. Aku sedikit merasa mual. Mereka saling menatap satu sama lain. Namja itu mengelus rambut dan pipi Baekhyun dengan sangat pelan. Hingga mereka mendekat dan akhirnya berciuman. Aku segera memalingkan pandanganku dan menutup kedua mataku. Karena aku sudah tau apa yang selanjutnya akan terjadi. Aku mendengar sedikit suara desahan-desahan di video itu. Dan lama-kelamaan suara itu semakin keras. Sepertinya appa membesarkan volume-nya. Selanjutnya, aku mendengar suara pukulan yang sangat keras dan suara rintihan. Itu aku yang memukul namja yang berciuman dengan Baekhyun.

“Cukup appa!. Matikan video-nya!”, teriak Baekhyun. 

“Diam kau Byun Baekhyun!. Aku menyuruh adik mu berbicara, bukan kau!”

Kurasa aku akan muntah sekarang. Aku berlari menuju kamar mandi dan benar saja aku memuntahkan makanan yang tadi siang aku makan. Aku merasa sangat mual melihat adegan mesra Baekhyun dengan namja itu. Aku merasa sangat jijik. Kepalaku menjadi sedikit pusing. Setelah membasuh mulutku. Aku segera kembali ke ruang tamu.

Aku melirik kearah appa lalu Baekhyun. Kulihat Baekhyun menundukkan kepalanya. Telinganya memerah, sepertinya ia marah.

“Jae, jelaskan pada appa. Apa yang terjadi beberapa hari yang lalu?”, appa menatapku tajam. Aku sedikit terkejut dengan tatapan itu. 

Dengan setenang mungkin aku menceritakan semuanya. Selama aku berbicara, mataku tak pernah bisa lepas dari Baekhyun. Aku khawatir dengan apa yang aku katakana akan melukai hatinya dan merusak tali persaudaraan kami. Tapi, aku tidak bisa berbohong pada appa. 

Appa kembali bersandar pada sandaran sofa. Kembali aku menatap Baekhyun lirih. Aku khawatir padanya.
“Baek, apa yang terjadi padamu?. Kenapa kau bisa seperti ini?. Oh Tuhan, apa salahku?”
Appa terlihat sangat kecewa sampai menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa disaat seperti ini umma tidak ada?. Aku membutuhkanmu umma. Untuk menenangkan situasi seperti ini.

“Aku salah, appa. Aku salah karena sudah melakukan hal diluar batas itu. Sejak umurku 13 tahun aku memang sudah mengalaminya.  Aku…….sangat senang berada dekat dengan teman-teman namjaku. Aku senang saat mereka memanggilku ‘yeobo’. Dan aku sangat senang saat mereka menyentuh tanganku dan menggenggamnya. Padahal mereka hanya memegang saja. Aku juga sempat berpikir. Apa yang salah padaku?. Teman-teman namjaku, mereka menyukai para yeoja cantik disekolah. Tapi aku?. Aku malah merasa jijik melihat yeoja-yeoja itu. Aku malah lebih suka melihat namja tampan. Ma-Maafkan aku, appa. Aku sudah membuatmu kecewa. Tapi, inilah aku. Baekhyun yang menyukai namja. Bahkan sekarang aku sudah punya kekasih yang sangat tampan. Namanya Kris. Dia ketua club basket di sekolah, appa. Dan aku ingin kau-“

PLAK!




To be continued.....